Islam Dalam Seni Budaya

Islam Dalam Seni Budaya

I.                  PENDAHULUAN
A)      Latar Belakang Masuknya Islam
            Sejak abad ke-7 M, para pedagang Islam dari Arab, Persia, dan India telah ikut ambil bagian dalam kegiatan perdagangan di Indonesia. Hal ini menimbulkan jalinan hubungan perdagangan antara masyarakat dan para pedagang Islam. Di samping berdagang, para pedagang Islam dapat menyampaikan dan mengajarkan agama dan budaya Islam kepada orang lain termasuk masyarakat Indonesia.
Setelah tersosialisasinya agama Islam, maka kepentingan politik dilaksanakan melalui perluasan wilayah kerajaan, yang diikuti pula dengan penyebaran agama Islam. Contohnya, Sultan Demak mengirimkan pasukannya untuk menduduki wilayah Jawa Barat dan memerintahkan untuk menyebarkan agama Islam.
            Perkembangan Islam di Indonesia, dimulai dari Pedagang-pedagang Gujarat yang datang ke Indonesia yang bukan hanya berdagang, tetapi juga untuk menyebarkan agama yang mereka anut. Karena terdorong ketaatan mereka pada agamanya, mereka langsung mengajarkan pada masyarakat di mana mereka berada. Di samping itu para pedagang yang datang dari Persia juga ikut menyebarkan agama Islam di Indonesia.
            Kerajaan Samudera Pasai adalah Kerajaan pertama yang menganut agama Islam di Indonesia, dengan Pasai sebagai pusat pengembangan dan sebagai pusat kegiatan para pedagang Islam di Indonesia. Namun, berkembangnya Malaka sebagai bandar perniagaan di Selat Malaka, menyebabkan kedudukan Pasai semakin mundur dan terdesak karena letak Malaka, jauh lebih strategis dari letak Pasai.
            Pada abad ke-14 M, Malaka mulai berkembang sebagai pusat perdagangan di Asia Tenggara. Walaupun pada mulanya Malaka merupakan suatu perkampungan nelayan, akhirnya Malaka menjadi bandar yang sangat ramai. Makin lama makin besar kekuasaan orang-orang Islam dalam dunia perdagangan di daerah Timur. Orang-orang Gujarat yang menyiarkan pengajaran agama Islam kepada orang-orang Jawa tidak menemui kesulitan, walaupun mereka telah 1000 tahun dipengaruhi oleh kebudayaan India. Penyebaran agama Islam tidak dilarang atau dirintangi oleh Kerajaan Majapahit. Pada abad ke-15 M, kekuatan Majapahit mulai hilang. Bandar-bandar perdagangan yang ada di pulau Jawa mulai dikuasai oleh kekuasaan Islam. Beberapa faktor yang mempermudah perkembangan Islam di Indonesia antara lain sebagai berikut.
            Dalam ajaran agama Islam tidak dikenal adanya perbedaan golongan dalam masyarakat. Masyarakat mempunyai kedudukan yang sama sebagai Hamba Allah. Walaupun demikian, ajaran agama Islam kurang meresap di kalangan Istana, hal ini dibuktikan dengan masih adanya praktek-praktek feodalisme khususnya di lingkungan keraton Jawa. Agama Islam cocok dengan jiwa pedagang. Dengan memeluk Islam maka hubungan di antara para pedagang semakin bertambah erat, sesuai dengan ajaran Islam yang menyatakan bahwa setiap orang itu bersaudara.
            Sifat bangsa Indonesia yang ramah tamah memberi peluang untuk bergaul lebih erat dengan bangsa lain. Dengan pendekatan yang tepat, maka bangsa Indonesia dengan mudah dapat menerima ajaran agama Islam. Islam dikembangkan dengan cara damai. Pendekatan secara damai akan lebih berhasil dibandingkan secara paksa dan kekerasan.
            Sumber-sumber berita masuknya agama islam di Indonesia diawali dari adanya berita Arab, berita ini diketahui melalui para pedagang Arab yang telah melakukan aktifitasnya dalam bidang perdagangan dengan bangsa Indonesia. Kegiatan para pedagang Arab di Kerajaan Sriwijaya dibuktikan dengan adanya sebutan para pedagang Arab untuk Kerajaan Sriwijaya, yaitu Zabaq, Zabay, atau Sribusa.
            Berita Eropa, berita ini datangnya dari Marcopolo. Ia adalah orang Eropa yang pertama kali menginjakkan kakinya di wilayah Indonesia, ketika ia kembali dari Cina menuju Eropa melalui jalan laut. Ia mendapat tugas dari kaisar Cina untuk mengantarkan putrinya yang dipersembahkan kepada kisar Romawi. Dalam perjalanannya ia singgah di Sumatera bagian Utara. Di daerah ini ia telah menemukan adanya kerajaan Islam, yaitu Kerajaan Samudera dengan ibukotanya Pasai.
            Berita India, dalam berita ini disebutkan bahwa para pedagang India dari Gujarat mempunyai peranan yang sangat penting di dalam penyebaran agama dan kebudayaan Islam di Indonesia. Karena di samping berdagang mereka aktif mengajarkan agama dan kebudayaan Islam kepada masyarakat yang dijumpainya, terutama kepada masyarakat yang terletak di daerah pesisir pantai.
            Berita Cina, berita ini berhasil diketahui melalui catatan dari Ma-Huan, seorang penulis yang mengikuti perjalanan Laksamana Cheng-Ho. Ia menyatakan melalui tulisannya bahwa sejak kira-kira tahun 1400 telah ada saudagar-saudagar Islam yang bertempat tinggal di pantai utara Pulau Jawa.
            Sumber dalam negeri, sumber-sumber ini diperkuat dengan penemuan-penemuan seperti: Penemuan sebuah batu di Leran (dekat Gresik). Batu bersirat itu menggunakan huruf dan bahasa Arab, yang sebagian tulisannya telah rusak. Batu itu memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan yang bernama Fatimah binti Ma’mun (1028). Makam Sultan Malikul Saleh di Sumatera Utara yang meninggal pada bulan Ramadhan tahun 676 M atau tahun 1297 M. Makam Syekh Maulana Malik Ibrahim di Gresik yang wafat tahun 1419. Jirat makam didatangkan dari Gujarat dan berisi tulisan-tulisan Arab.

           


B)  Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas maka dirumuskan masalah:
  1. Apa yang dihasilkan dari kebudayaan islam di Indonesia di bidang kesenian?
  2. Bagaimana ciri-ciri dari kesenian islam di Indonesia?
  3. Bagaimana peninggalan-peninggalan kerajaan islam di Indonesia?
C)  Tujuan
Tujuan dibuatnya makalah ini untuk:
1. Mengetahui apa yang dihasilkan dari kebudayaan islam di Indonesia di bidang kesenian?
2. Untuk mengetahui  ciri-ciri dari kesenian islam di Indonesia?
3. Untuk mengetahui  peninggalan-peninggalan kerajaan islam di Indonesia?






II.PERMASALAHAN
1. Hasil- Hasil Kebudayaan Islam Di Indonesia Bidang Kesenian.
Sejarah peradaban islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian. Seni adalah sesuatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam bentuk materiil, maupun nonmateriil, sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Pada Q.S. As-Sajdah [32] : 7 disebutkan, “Yang memperbagus sesuatu yang Dia ciptakan,” sedangkan dalil hadis menyebutkan, “Sesungguhnya Allah itu indah, Dia menyukai keindahan.” Budaya Islam Indonesia tidak sehebat seperti Kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Hal ini disebabkan Islam masuk ke Indonesia dengan jalan damai sehingga seni Islam harus menyesuaikan diri dengan kebudayaan lama, dan Nusantara adalah negeri yang merupakan jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian.
 Islam datang ke Indonesia memberikan perubahan dalam bidang seni, misalnya, penggunaan batu nisan, seni bangunan,seni sastra, dan seni ukir. Seni rupa Islam tidak berdiri sendiri seperti Seni rupa Buddha ataupun Barat. Ia merupakan gabungan dari kesenian daerah-daerah taklukan akibat adanya ekspansi oleh kerajaan bercorak Islam di sekitar Timur Tengah, Afrika Utara, Asia Kecil, dan Eropa dan penakulukan oleh bangsa Mongol. Daerah ini didefinisikan sebagai Persia, Mesir, Moor, Spanyol, Bizantium, India, Mongolia, dan Seljuk. Selain itu ditemukan pula pengaruh akibat hubungan dagang, seperti Tiongkok. Ini disebabkan miskinnya seni rupa asli Arab pada saat itu walaupun dalam bidang sastra dan musik sebenarnya memperlihatkan hal yang menakjubkan. Keberagaman pengaruh inilah yang membuat seni rupa Islam sangat kaya.
Hal ini terutama bisa dilihat dari arsitektur Islam yang memperlihatkan gabungan corak dari berbagai daerah.
a)    Batu Nisan
Kebudayaan Islam dalam bidang seni, mula-mula masuk ke Indonesia dalam bentuk batu nisan. Batu nisan pada masa itu adalah sesuatu yang baru. Kebudayaan terdahulunya, yaitu Budha dan Hindu, penganutnya jika meninggal dibakar, dan abunya dibuang ke laut. Di Pasai masih dijumpai batu nisan makam Sultan Malik al-Saleh yang wafat tahun 1292, dan di Jawa, seperti makam Maulana Malik Ibrahim di Gresik. Nisan itu umumnya didatangkan dari Gujarat sebagai barang pesanan. Bentuknya lunas (bentuk badan kapal terbalik) yang mengesankan pengaruh Persia. Bentuk-bentuk nisan kemudian hari tidak selalu demikian. Pengaruh kebudayaan setempat sering mempengaruhi, sehingga ada bentuk teratai, keris, atau bentuk gunungan, seperti gunungan pewayangan. Di Troloyo, Sulawesi Selatan, batu nisan menjadi hasil kesenian tersendiri, baik karena bentuknya atau karena ukurannya.
b)   Arsitektur (Seni Bangunan)
            Indonesia tidak memiliki satu corak seperti Ottoman style, India Style, atau Syro Egypto Style. Kegiatan keagamaan Islam di Indonesia diadakan di masjid atau mushalla. Pada mulanya, bentuk masjid di Indonesia banyak dipengaruhi oleh seni bangunan Indonesia-Hindu. Setelah Indonesia merdeka dan dapat berhubungan dengan negara lain, maka unsur lama secara berangsur-angsur hilang. Masjid yang menyerupai Taj Mahal India adalah Masjid Syukada di Yogyakarta dan Masjid Al-Azhar di Jakarta. Bentuk masjid yang terpengaruhi Ottoman style (Byzantium) seperti tampak pada Masjid Istiqlal yang bentuk kubahnya setengah lingkaran ditopang oleh pilar-pilar yang tinggi besar. Bentuk masjid dengan kusen-kusen meruncing meniru gaya India seperti Masjid al-Tien di TMII.
c)    Seni Sastra
            Bidang sastra Indonesia banyak pengaruhnya dari Persia, antara lain buku-buku yang kemudian disadur ke dalam bahasa Indonesia, seperti Kaulah wa Dimnah, Bayam Budiman, Abu Nawas, dan Kisah Seribu Satu Malam. Kesusatraan Islam Indonesia adalah syair sufi yang dikarang oleh Hamzh Fansuri seperti Syair Perahu. Kaligrafi Arab merupakan bagian dari seni khath. Dibandingkan dengan negara Islam lainnya, khath di Indonesia tidak begitu menarik. Pernah pada awal kedatangannya digunakan untuk mengukir nama dan menulis ayat Al-Qur’an di makam-makan tertentu, seperti makam wali Maulana Malik Ibrahim di Gresik dan makam raja Pasai. Di makam itu ditulis dengan huruf arab yang indah, seperti nama, hari, dan tahun wafat, serta ayat-ayat Al-Quran. Masjid-masjid lama seperti di Banten, Cirebon, Demak, dan Kudus menerapkan kaligrafi Arab hanya sebagai pelengkap motif hias yang bersumber pada tradisi seni hias Indonesia-Hindu.
            Muncul juga seni tari dan seni musik. Namun, itu pun tidak dapat dipisahkan pula dari pengamalan tasawuf di Indonesia, di antaranya Saman di Aceh, Samroh di Banjarmasin, dan ada atraksi Debus di Banten. Juga ada pertunjukkan wayang yang merupakan gabungan seni Islam dan Hindu-Indonesia, seni ukir, seni tari, dan seni lagu. Kebuadayaan Hindu-Indonesia yang disesuaikan oleh Islam adalah hikayat, seperti “Mahabarata, Ramayana, Pancatantra” digubah manjadi Hikayat Pandawa Lima, Hikayat Perang Pandawa, Hikayat Maharaja Rahwana, Syair Panji Sumirang, Ceruta Wayang Kinudang, dan Hikayat Panji Wila Kusuma. Hikayat tersebut kemudian dibuat tembang atau gancaan. Satu hal lagi yang mempengaruhi kesusastraan Indonesia adalah suluk. Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran tasawuf yang bersifat panteisme (manusia bersatu dengan Tuhan). Contoh suluk, seperti suluk suharsa, suluk wujid, dan suluk malang sumirang. Orang yang memperkenalkan suluk di Indonesia adalah Hamzah Fanzuri dari Barus (± 1600M).
d)     Seni Ukir
Islam mengenal seni ukir. Dalam sebuah riwayat disebutkan. Berkata Said ibn Hasan: “Ketika saya bersama dengan Ibn Abbas datang seorang laki-laki, ia berkata:
“Hai Ibn Abbas, aku hidup dari kerajinan tanganku, membuat arca seperti ini.” Lalu Ibn Abbas menjawab, “Tidak aku katakan kepadamu kecuali apa yang telah ku dengar dari Rasulullah saw.
Beliau bersabda, “Siapa yang telah melukis sebuah gambar maka dia akan disiksa Tuhan sampai dia dapat memberinya nyawa, tetapi selamnya dia tidak akan mungkin memberinya nyawa.”
Kesenian seni ukir harus disamarkan, sehingga seni ukir dan seni patung menjadi terbatas kepada seni ukir hias saja. Untuk seni ukir hias orang mengambil pola-pola berupa daun-daun, bunga-bunga, bukit-bukit, pemandangan, garis-garis geometri, dan huruf Arab. Pola ini kerap digunakan untuk menyamarkan lukisan makhluk hidup (biasanya binatang), bahkan juga untuk gambar manusia. Menghias masjid pun ada larangan, cukup tulisan-tulisan yang mengingatkan manusia kepada Allah dan nabi serta firman-firman-Nya. Salah satu masjid yang dihiasi dengan ukiran-ukiran adalah Masjid Mantingan dekat Jepara berupa pigura-pigura yang tidak diketahui dari mana asalnya (pigura-pigura itu kini dipasangkan pada tembok-tembok masjid).
Gapura-gapura banyak dihiasi dengan pahatan-pahatan indah, seperti gapura di Tembayat (Klaten) yang dibuat oleh Sultan Agung Mataram (1633), sedangkan hiasan yang mewah terdapat pada gapura di Sendang duwur yang polanya terutama berupa gunung-gunung karang, didukung oleh sayap-sayap yang melebar melingkupi seluruh pintu gerbangnya, dibawah sayap sebelah kanan tampak ada sebuah pola yang mengandung makna berupa sebuah pintu bersayap.

2. Ciri-Ciri Dari Kesenian Islam Di Indonesia
            Islam datang ke Indonesia dengan jalan damai. Di Indonesia, terutama Jawa, Islam datang pada suatu komunitas yang telah memiliki peradaban asli yang dipengaruhi Hindu-Budha yang sudah mengakar kuat terutama di pusat pemerintahan, maka seni Islam harus menyesuaikan diri. Nusantara pun terletak pada jalur perdagangan internasional, sehingga penduduknya lebih mementingkan masalah perdagangan daripada kesenian. Kemudian, ketika sudah ada umat Islam pribumi, kebanyakan keturunan pedagang atau sufi pengembara yang kemudian menjadi raja Islam di Nusantara dan mulai membangun kebudayaan Islam, datang bangsa Barat yang sejak awal kedatangannya sudah bersikap memusuhi umat Islam, sehingga raja-raja Islam pribumi belum sempat membangun. Hal tersebut membuat budaya Islam di Indonesia tidak terlihat keberadaannya seperti Kerajaan Mughal di India dengan Taj Mahal-nya. Namun demikian, Islam datang ke Indonesia dengan memberikan sesuatu yang baru dalam bentuk kesenian dan kebudayaan, baik dari kesenian dan kebudayaan batu nisan, seni banguan, seni sastra, dan seni ukir.
            Seni rupa Islam adalah suatu bahasan yang khas dengan prinsip seni rupa yang memiliki kekhususan jika dibandingkan dengan seni rupa yang dikenal pada masa ini. Tetapi perannya sendiri cukup besar di dalam perkembangan seni rupa modern. Antara lain dalam pemunculan unsur kontemporer seperti abstraksi dan filsafat keindahan. Seni rupa Islam juga memunculkan inspirasi pengolahan kaligrafi menjadi motif hias.
            Dekorasi di seni rupa Islam lebih banyak untuk menutupi sifat asli medium arsitektur daripada yang banyak ditemukan pada masa ini, perabotan. Dekorasi ini dikenal dengan istilah arabesque. Peninggalan seni rupa Islam banyak berbentuk masjid, istana, ilustrasi buku, dan permadani.

1. Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam
  • Bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan
  • Bersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
  • Berperan
2. Karya Seni Rupa Indonesia Islam
a.       Seni Bangunan: masjid, istana, dan makam.
b.      Seni Kaligrafi
Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat-ayat suci Al – Qur’an.
c.       Seni Hias
Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh – tumbuhan.
3). Peninggalan-Peninggalan Kerajaan Islam Di Indonesia
Peninggalan kerajaan islam di indonesia-Islam tersebar di berbagai daerah di Indonesia. Bukti keberadaan Islam itu dapat dilihat bukan saja dari para pemeluknya yang memiliki pengikut paling besar di Indonesia.Bukti historis dan arkeologis juga mendukung keberadaan Islam di Indonesia.Bukti historis dan arkeologis dapat dilihat pada budaya dan tradisi yang telah lama hidup dan berkembang pada masyarakat. Peninggalan Islam yang dapat kita saksikan hari ini merupakan perpaduan antara kebudayaan Islam dan kebudayaan setempat. Hasil-hasil kebudayaan yang bercorak Islam dapat kita temukan antara lain dalam bentuk bangunan (masjid, makam) dan seni.

a.       Peninggalan dalam Bentuk Bangunan
Bangunan yang menjadi ciri khas Islam antara lain ialah masjid, istana/keraton, dan makam (nisan).
1) Masjid
Masjid merupakan tempat salat umat Islam. Masjid tersebar di berbagai daerah. Namun, biasanya masjid didirikan pada tepi barat alun-alun dekat istana. Alun-alun adalah tempat bertemunya rakyat dan rajanya. Masjid merupakan tempat bersatunya rakyat dan rajanya sebagai sesama mahkluk Illahi dengan Tuhan. Raja akan bertindak sebagai imam dalam memimpin salat.Bentuk dan ukuran masjid bermacam-macam. Namun, yang merupakan ciri khas sebuah masjid ialah atap (kubahnya). Masjid di Indonesia umumnya atap yang bersusun, makin ke atas makin kecil, dan tingkatan yang paling atas biasanya berbentuk limas.
Jumlah atapnya selalu ganjil. Bentuk ini mengingatkan kita pada bentuk atap candi yang denahnya bujur sangkar dan selalu bersusun serta puncak stupa yang adakalanya berbentuk susunan payung-payung yang terbuka. Dengan demikian, masjid denganbentuk seperti ini mendapat pengaruh dari Hindu-Buddha.
Beberapa di antara masjid-masjid khas Indonesia memiliki menara, tempat muadzin menyuarakan adzan dan memukul bedug. Contohnya menara Masjid Kudus yang memiliki bentuk dan struktur bangunan yang mirip dengan bale kul-kul di Pura Taman Ayun. Kul-kul memiliki fungsi yang sama dengan menara, yakni memberi informasi atau tanda kepada masyarakat mengenai berbagai hal berkaitan dengan kegiatan suci atau yang lain dengan dipukulnya kul-kul dengan irama tertentu.
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain masjid Demak, masjid Banten, masjid Kudus, masjid Keraton surakarta, masjid agung pondok tinggi, masjid tua di Kotawaringin, dan masjid Raya Aceh.
b.      Makam dan Nisan
Makam memiliki daya tarik tersendiri karena merupakan hasil kebudayaan. Makam biasanya memiliki batu nisan. Di samping kebesaran nama orang yang dikebumikan pada makam tersebut, biasanya batu nisannya pun memiliki nilai budaya tinggi. Makam yang terkenal antara lain makam para anggota Walisongo dan makam raja-raja.
Pada makam orang-orang penting atau terhormat didirikan sebuah rumah yang disebut cungkup atau kubah dalam bentuk yang sangat indah dan megah. Misalnya, makam Sunan Kudus, Sunan Kalijaga, dan sunan-sunan besar yang lain. Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam dapat kita lihat antara lain: Makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat), Makam Walisongo, Makam Imogiri (Yogyakarta), dan Makam Raja Gowa
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk nisan dapat kita lihat antara lain : Di Leran, Gresik (Jawa timur) terdapat batu nisan bertuliskan bahasa dan huruf Arab, yang memuat keterangan tentang meninggalnya seorang perempuan bernama Fatimah binti Maimun yang berangka tahun 475 Hijriah (1082 M); Di Sumatra (di pantai timur laut Aceh utara) ditemukan batu nisan Sultan Malik alsaleh yang berangka tahun 696 Hijriah (!297 M), di Sulawesi Selatan, ditemukan batu nisan Sultan Hasanuddinn,di Banjarmasin, ditemukan batu nisan Sultan Suryana Syah, dan Batu nisan di Troloyo dan Trowulan.
c.       Peninggalan dalam Bentuk Karya Seni
Salah satu peninggalan Islam yang cukup menarik dalam seni tulis ialah kaligrafi. Kaligrafi adalah menggambar dengan menggunakan huruf-huruf arab. Kaligrafi dapat ditemukan pada makam Malik As-Saleh dari Samudra Pasai. Karya sastra yang dihasilkan cukup beragam. Para seniman muslim menghasilkan beberapa karya sastra antara lain berupa syair, hikayat, suluk, babad, dan kitab-kitab.
Syair banyak dihasilkan oleh penyair Islam, Hamzah Fansuri. Karyanya yang terkenal adalah Syair Dagang, Syair Perahu, Syair Si Burung Pangi, dan Syair Si Dang Fakir. Syair-syair sejarah peninggalan Islam antara lain Syair Kompeni Walanda, Syair Perang Banjarmasin, dan Syair Himop. Syair-syair fiksi antara lain Syair Ikan Terumbuk dan Syair Ken Tambunan.
Hikayat adalah karya sastra yang berisi cerita atau dongeng yang sering dikaitkan dengan tokoh sejarah. Peninggalan Islam berupa hikayat antara lain, Hikayat Raja Raja Pasai, Hikayat Si Miskin (Hikayat Marakarma), Hikayat Bayan Budiman, Hikayat Amir Hamzah, Hikayat Hang Tuah, dan Hikayat Jauhar Manikam.
Suluk adalah kitab-kitab yang berisi ajaran-ajaran tasawuf. Peninggalan Islam berupa suluk antara lain Suluk Wujil, Suluk Sunan Bonang, Suluk Sukarsa, Suluk Syarab al Asyiqin, dan Suluk Malang Sumirang.
Babad adalah cerita sejarah tetapi banyak bercampur dengan mitos dan kepercayaan masyarakat yang kadang tidak masuk akal. Peninggalan Islam berupa babad antara lain Babad Tanah Jawi, Babad Sejarah Melayu (Salawat Ussalatin), Babad Raja-Raja Riau, Babad Demak, Babad Cirebon, Babad Gianti. Adapun kitab-kitab peninggalan Islam antara lain Kitab Manik Maya, Us-Salatin Kitab Sasana-Sunu, Kitab Nitisastra, Kitab Nitisruti, serta Sastra Gending karya Sultan Agung.



KESIMPULAN

            Sejarah peradaban islam merupakan hasil hasil yang dicapai oleh ummat islam dalam lapangan kesustraan, ilmu pengetahuan dan kesenian.
Seni adalah sesuatu hasil karya manusia yang indah, baik dalam bentuk materiil, maupun nonmateriil, sedangkan budaya adalah salah satu hasil peradaban seni. Islam pun mengenal yang namanya seni, yang pada hakikatnya merujuk pada sesuatu yang bagus dan indah. Macam-macam seni seperti: seni rupa, seni sastra,dan lain-lain.
            Ciri – Ciri Seni Rupa Indonesia Islam yaitu bersifat feodal, yaitu kesenian yang bersifat di istana sebagai media pengabdian kepada Raja / sultan, dan ersumber dari kesenian pra Islam (seni prasejarah dan seni Hindu Budha)
. Seni kaligrafi atau seni khat adalah seni tulisan indah. Dalam kesenian Islam menggunakan bahasa arab. Sebagai bentuk simbolis dari rangkaian ayat – ayat suci Al – Qur’an.
            Seni hias islam selalu menghindari penggambaran makhluk hidup secara realis, maka untuk penyamarannya dibuatkan stilasinya (digayakan) atau diformasi (disederhanakan) dengan bentuk tumbuh-tumbuhan. Seni Rupa Indonesi modern” dalam seni rupa Indonesia yaitu betuk dan perwujudan seni yang terjadi akibat dari pengaruh kaidah seni Barat / Eropa. Dalam perkembangannya sejalan dengan perjuangan bangsa Indonesia untuk melepaskan diri dari penjajahan
Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk masjid, dapat kita lihat antara lain pada beberapa masjid berikut. Masjid Banten (bangun beratap tumpang), Masjid Demak (dibangun para wali), Masjid Kudus (memiliki menara yang bangun dasarnya serupa meru), Masjid Keraton Surakarta, Yogyakarta, Cirebon (beratap tumpang), dan lain-lain. Peninggalan sejarah Islam dalam bentuk makam yaitu: makam Sunan Langkat (di halaman dalam masjid Azisi, Langkat), Makam Walisongo, Makam Imogiri (Yogyakarta, Makam Raja Gowa.
DAFTAR PUSTAKA

Hasjny, A. 1995. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Bulan Bintang
Israr. . Sejarah Kesenian Islam. Jakarta: Pembangunan
Sodiq, Ibnu. 2010. Sejarah Kebudayaan Islam. Semarang: Unnes
Yatim, Badri. 1997. Sejarah Peradapan Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada
Yudoseputra, Wiyoso. 1986. Pengantar Seni Rupa Islam di Indonesia. Bandung: Angkasa


www.wikipedia.com



Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Contact Us

Nama

Email *

Pesan *

Back To Top